Beranda | Artikel
Berdoa kepada Allah, Menjauhi Syubhat dan Berlemah Lembut
Senin, 7 Januari 2019

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Berdo’a kepada Allah, Menjauhi Syubhat dan Berlemah Lembut adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab Kaifa Takunu Miftahan Lil Khoir (Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan). Pembahasan ini disampaikan oleh: Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 16 Rabbi’ul Tsani 1440 H / 24 Desember 2018 M.

Status Program Kajian Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan

Status program Kajian Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan: SELESAI.

Download mp3 kajian sebelumnya: Perhatian Terhadap Kewajiban-Kewajiban Islam

Kajian Tentang Berdo’a kepada Allah, Menjauhi Syubhat dan Berlemah Lembut

Sekarang kita akan menyambung pembahasan kita bagaimana kita menjadi pembuka kebaikan. Adapun perkara yang ke-6 supaya kita menjadi pembuka kebaikan bagi orang lain, yaitu adalah:

6. Berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Do’a adalah kunci dari pada seluruh kebaikan di dunia dan di akhirat. Oleh karenanya ada salah seorang diantara Salaf, mereka mengatakan:

Apakah diantara kebaikan-kebaikan yang paling baik? Kemudian saya mendapatkan pintu kebaikan tersebut sangat banyak. Shalat adalah kebaikan, puasa juga kebaikan, haji juga kebaikan, dan pintu kebaikan itu sangat banyak. Kemudian saya menjumpai bahwa seluruh kebaikan tersebut, semuanya berada ditangan Allah subhanahu wa ta’ala. Maka seketika saya menjadi yakin bahwa do’a merupakan kunci kebaikan dan kunci dari seluruh kebaikan tersebut.

Makanya seorang muslim, mereka tidaklah bisa melaksanakan ibadah shalat kecuali kalau Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kepada mereka pertolongan, mereka tidak bisa haji, mereka juga tidak bisa berpuasa, mereka juga tidak bisa bershodaqoh, dan juga mereka tidak bisa berbakti kepada kedua orang tuanya, dan mereka juga tidak bisa melakukan kebaikan-kebaikan kecuali atas pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karenanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan ketika berada diperang Ahzab:

وَاللَّهِ لَوْلَا اللَّهُ مَا اهْتَدَيْنَا وَلَا صُمْنَا وَلَا صَلَّيْنَا

Demi Allah, kalaulah Allah tidak memberi kami petunjuk, kami tidak puasa dan tidak pula shalat” (HR. Bukhari)

Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan didalam firmanNya:

…وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّـهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَـٰكِنَّ اللَّـهَ يُزَكِّي مَن يَشَاءُ ۗ وَاللَّـهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿٢١﴾

“…Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur[24]: 21)

Dan juga Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan didalam ayat yang lain:

…وَلَـٰكِنَّ اللَّـهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ ﴿٧﴾ فَضْلًا مِّنَ اللَّـهِ وَنِعْمَةً ۚ …

“…Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,” sebagai karunia dan nikmat dari Allah. … (QS. Al-Hujurat[49]: 7)

Apabila kita menginginkan untuk diri kita ini menjadi pembuka-pembuka pintu kebaikan dan menjadi orang yang diberikan karunia Allah subhanahu wa ta’ala dan menjadi orang yang berilmu, yang cemerlang, yang cerdas dan menjadi orang yang diberikan kelebihan didalam urusan-urusan yang besar, maka mintalah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena semua itu berada di tangan Allah subhanahu wa ta’ala.

Oleh karenanya kebanyakan para Salaf diantara kalangan ahli ilmu mereka mengatakan:

الدعاء مفتاح كل خير ، فمن وُفّق لهذا المفتاح وفق للخير ، ومن حُرم هذا المفتاح حرم من الخير

Do’a adalah kunci seluruh pintu kebaikan, barangsiapa yang diberikan taufik oleh Allah subhanahu wa ta’ala terhadap pintu kebaikan ini maka dia telah diberikan taufik terhadap seluruh kebaikan dan barangsiapa yang dijauhkan dari pintu kebaikan ini maka dia sudah dijauhkan dari seluruh macam kebaikan

Berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala kemudian bermohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala serta jujur di dalam meminta kepada Allah subhanahu wa ta’ala sesuai dengan adab-adab berdo’a dan syarat-syarat berdo’a yang telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan juga yang telah dijelaskan didalam sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini merupakan perkara yang sangat agung sekali. Bahkan itu merupakan pondasi didalam masalah berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dan kita menghadap kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan betul-betul ikhlas karena kejujuran dari dalam diri kita ini. Kita berharap kepada Allah subhanahu wa ta’ala, bahkan kita tamak untuk menginginkan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala agar Allah subhanahu wa ta’ala mengampuni, menjawab dan mengabulkan do’a-do’a kita. Dengan demikian, maka kehidupan kita ini seluruhnya merupakan kunci menuju kebaikan dan menutup kebanyakan daripada perbuatan-perbuatan dosa.

Diantara do’a yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah do’a setiap kali seseorang keluar dari rumahnya. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita:

اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ

 “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu agar tidak tersesat dan menyesatkan, agar tidak tergelincir atau menggelincirkan, agar tidak melakukan kedzalilman atau terdzalimi, dan aku bermohon kepadamu dari kebodohan dan membodohi

Kalau seandainya kita perhatikan do’a yang besar dan indah ini, bagaimana butuhnya kita kepada Allah subhanahu wa taala dalam masalah perlindungan. Setiap kali kita keluar dari rumah maka apabila Allah subhanahu wa ta’ala memuliakan kita dan mengabulkan do’a kita, maka kita telah menjadi pintu pembuka kebaikan dan kita menjadi penutup dari pintu kejahatan. Sebagian para Salaf, mereka mengatakan di dalam do’anya:

اللهم سَلِّمني وسَلِّم مني

Ya Allah, berikanlah kepadaku keselamatan dan selamatkanlah kejahatan tersebut dari diriku

Dan do’a Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat luas. Dan do’a Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat indah. Dan do’a Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat sempurna.

Bagi siapa yang menginginkan agar dia menjadi pembuka-pembuka pintu kebaikan, hendaklah mereka senantiasa meminta, menghadap kepada Allah subhanahu wa ta’ala, betul-betul meminta kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan agar Allah subhanahu wa ta’ala memuliakan dia agar dia menjadi salah seorang pembuka pintu kebaikan bagi orang lain. Dan diantara do’a yang sangat agung yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap harinya, setelah beliau melaksanakan salat fajar:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا وَرِزْقًا طَيِّبًا

Ya Allah, aku meminta kepadaMu ilmu yang bermanfaat, aku meminta kepadaMu amal yang diterima dan aku juga meminta kepadaMu rizki yang baik

Juga diantara yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ibunda kita ‘Aisyah radhiyallahu ta’ala ‘anha, sebuah do’a yang sangat agung sekali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada ‘Aisyah do’a tersebut:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا

Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadaMu seluruh kebaikan, baik yang sekarang ataupun yang akan datang, baik yang aku ketahui ataupun yang tidak aku ketahui. Dan aku bermohon kepadamu dari seluruh kejahatan, baik yang sekarang ataupun yang akan datang, yang aku ketahui ataupun yang aku tidak ketahui. Ya Allah, aku meminta kepadaMu dari bentuk seluruh kebaikan yang diminta oleh seluruh hamba-hambaMu dan Nabi-NabiMu, dan aku bermohon berlindung kepadaMu dari seluruh kejahatan yang mana hamba-hambaMu berlindung dari kejahatan tersebut dan para NabiMu juga berlindung dari kejahatan tersebut. Ya Allah, aku bermohon kepadaMu berikanlah kepadaku surga dan sesuatu yang mendekatkan kepadanya baik dari perkataan dan perbuatan dan aku berlindung kepadamu dari api neraka dan sesuatu yang mendekatkan kepada api neraka tersebut, baik dari perbuatan ataupun dari perkataan. Ya Allah, aku meminta kepadaMu agar Engkau menjadikan setiap takdir yang Engkau takdirkan kepadaku seluruhnya adalah kebaikan.

7. Menjauhi celah-celah yang akan menyampaikan kita kepada fitnah dan kepada syubhat

Diantara perkara yang seseorang tersebut menjadi pembuka kebaikan adalah menjauhi perkara-perkara fitnah dan syubhat dan hati-hati terhadap perkara tersebut. Karena yang demikian akan menyelamatkan dirinya dan akan menyelamatkan orang lain dan agar dia tidak menjadi pembuka kejahatan bagi orang lain. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ta’ala ‘anhu, dia pernah mengatakan:

إنها ستكون أمورٌ مُشتبهات فعليكم بالتُّؤدة، فإنّك أن تكون تابعاً في الخير خيرٌ من أن تكون رأساً في الشّر

Sesungguhnya akan terjadi perkara-perkara yang banyak syubhatnya, hendaklah kalian hati-hati karena sesungguhnya engkau menjadi pembuka kebaikan lebih baik bagimu dari pada engkau menjadi dedengkotnya orang yang melakukan kejahatan.

Dari sini, barangsiapa yang menginginkan untuk dirinya agar dia menjadi pembuka kebaikan dan penutup kejahatan, hendaklah mereka memperhatikan dan hati-hati terhadap perkara-perkara yang syubhat dan perkara-perkara yang didalamnya banyak fitnah. Janganlah dia memperlihatkan dirinya dan janganlah dia bergabung didalamnya, berkecimpung memasukkan dirinya ke lembah kejahatan tersebut. Akan tetapi hendaklah dia berhati-hati, hendaklah dia dengan perkara-perkara yang jelas, hendaklah dia menghubungi para ulama-ulama yang besar, meminta pendapat kepadanya, meminta petunjuk dengan petunjuk-petunjuk mereka. Jangan mereka kembali kepada akal mereka. Apabila mereka melihat akal tersebut atau mereka mendahulukan hawa nafsunya walaupun mereka melihat nafsunya tersebut merupakan sesuatu yang berlebih. Atau jangan pernah mereka mendengarkan perkataan-perkataan yang lain. Karena sesungguhnya apabila dia masuk ke dalam perkara syubhat tersebut tanpa berhati-hati, berarti dia menjadi pembuka pintu kejahatan bagi orang lain.

Oleh karenanya wajib bagi seorang muslim, wajib bagi kita bersama untuk berhati-hati, untuk mencari perkara-perkara yang jelas. Dan hendaklah kita mencari perkara yang aman dan hendaklah kita meminta pendapat para ulama dan juga hendaklah kita senantiasa memperbanyak do’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar Allah menjauhkan kita dari perkara-perkara yang yang fitnah dan syubhat tersebut dan seluruh perkara kejahatan.

Jangan kita bergabung ke dalam perkara-perkara fitnah, perkara-perkara syubhat, memperlihatkan bahwa kita termasuk didalamnya, kemudian berkecimpung didalamnya, karena yang demikian dia telah membuka pintu kejahatan untuk dirinya dan juga dia telah membuka pintu kejahatan untuk orang lain.

8. Berlemah lembut dan bermuamalah dengan manusia dengan akhlak yang baik

Perkara yang ke-8 agar kita menjadi pembuka pintu kebaikan adalah berlemah lembut dan bermuamalah dengan manusia dengan akhlak muliah. Ini adalah perkara yang sangat besar agar menjadikan kita pembuka pintu kebaikan.

Dan yakinlah wahai saudaraku, bahwa sesungguhnya mereka yang berakhlak kasar, bermuamalah dengan muamalah yang buruk, tidak mungkin mereka bisa membuka hati-hati manusia. Tidak kah kita memperhatikan bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّـهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ…

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…” (QS. Ali-Imran[3]: 159)

Sesungguhnya setiap jiwa, mereka akan lari dari perkara-perkara yang kasar, perkara-perkara yang keras, perkara-perkara yang membangkang, mereka-mereka yang buruk akhlaknya, walaupun yang mereka katakan itu adalah perkara yang benar. Karena sesungguhnya akhlak yang buruk muamalah yang kurang baik dan kasarnya cara akan melarikan manusia dari perkara tersebut. Oleh karenanya setiap manusia butuh menjadi pintu kebaikan. Bermuamalah dengan manusia dengan muamalah yang lembut, berbicara dengan mereka dengan pembicaraan yang baik, yang tenang, pembicaraan yang dimana disana ada sifat-sifat tawadhu, tidak ada sifat meninggi atau tidak ada sifat merasa sombong, lebih dari manusia.

Kalau kita lihat contoh-contoh yang berada didalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau yang bersumber dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangatlah banyak. Salah satu diantara contoh dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mana contoh ini merupakan contoh yang sangat agung, contoh yang sangat menakjubkan dan contoh yang sangat membuat kita berpikir sehingga kita harus bermuamalah dengan muamalah yang sangat indah.

Diantara salah satu contoh bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kepada kita gambaran bagaimana akhlak-akhlak yang mulia tersebut bisa memasukkan kebaikan terhadap orang lain adalah ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memasuki kota Mekah atau Fathul Makkah. Mekah tersebut adalah sebuah daerah yang mana dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diganggu di sana dan diadzab di sana dengan gangguan yang sangat besar. Kemudian ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke Mekah tersebut, maka Abu Bakar radhiyallahu ta’ala ‘anhu datang membawa orang tuanya. Karena pada saat itu orang tua Abu Bakar belum masuk Islam. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu membawa orang tuanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil memegang tangan orang tuanya. Padahal orang tua Abu Bakar tersebut, rambutnya, jenggotnya, bahkan alis matanya, semuanya sudah putih. Maka Abu Bakar radhyiallahu ‘anhu membawa ayahnya tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Coba kita bayangkan, apa yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Bakar?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada Abu Bakar:

ِهَلَّا تَرَكْتَ الشَّيْخَ فِي بَيْتِهَ حَتَّى أَكُونَ أَنَا آتِيهِ فِيه

“Hai Abu Bakar, tidak aku engkau membiarkan orang tuamu tersebut duduk di rumahnya dan biarkan saya yang datang kepadanya.”, ini kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Bakar.

Akhlak yang sangat mulia dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada salah seorang yang dia masuk ke kota Mekah, kota yang dulu dia pernah diganggu di sana.

Simak pada menit ke – 25:27

Simak Penjelasan Lengkap dan Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Berdo’a kepada Allah, Menjauhi Syubhat dan Berlemah Lembut


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46349-berdoa-kepada-allah-menjauhi-syubhat-dan-berlemah-lembut/